Dewasa ini, Pendidikan karakter menjadi pembicaraan yang menarik di kalangan praktisi pendidikan. Pendidikan ini dimunculkan karena adanya ketidakpuasan terhadap penyelenggaraan pendidikan, khususnya terhadap kualitas karakter output sekolah. Pendidikan yang sekarang dinilai gagal menciptakan manusia yang berkarakter karena terlalu fokus terhadap peningkatan pengetahuan dan terlalu menonjolkan kecerdasan berpikir. Namun lemah dalam kecerdasan budi dan batin sehingga tidak bisa berkembang menjadi bangsa yang berbudi luhur. Hal inilah yang menyebabkan kerusakan moral semakin meningkat meskipun pendidikan sudah bisa dikecap oleh semua kalangan.
Nation and charakter building atau yang lebih dikenal dengan pendidikan karakter merupakan istilah yang sebenarnya sudah klasik dalam sejarah bangsa Indonesia. Istilah yang muncul ketika peristiwa Sumpah Pemuda ini mendadak popular kembali tahun 2010 sebagai tahun kebangkitan pendidikan karakter. Pendidikan ini bertujuan untuk membentuk karakter anak didik yang bermoral, beretika, serta berbudi luhur sekaligus mampu untuk bersaing di kancah internasional.
Sekarang, pendidikan karakter mulai digalakkan di sekolah-sekolah. Namun timbul sebuah masalah yaitu kurangnya media pembelajaran karakter. Media adalah alat yang digunakan oleh guru untuk membelajarkan karakter pada siswa. Media ini sangat dibutuhkan karena membantu siswa memahami serta melaksanakan karakter yang telah disampaikan oleh guru.
Solusi dari kurangnya media pembelajaran ini sebenarnya ada dihadapan kita, yaitu wayang. Wayang adalah warisan budaya nenek moyang yang mengandung pesan-pesan moral yang sangat bagus bagi kehidupan. Dalam cerita pewayangan terselip nilai-nilai kebaikan serta nilai kepahlawanan yang sangat baik untuk dijadikan teladan dalam membelajarkan karakter pada siswa.
Penggunaan wayang sebagai media pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bercerita. Perlu diketahui bahwa wayang disini bukan dalam arti fisik (baca: wayang kulit), melainkan dalam bentuk nonfisik (baca: cerita). Guru cukup menceritakan kisah pewayangan yang mengandung nilai kebaikan serta mengajarkan karakter tokoh wayang tersebut untuk diteladani oleh siswa. Misalnya kisah tentang Yudistira, kakak pertama Pandawa, yang memiliki sifat yang bijaksana, bertanggung jawab, dan berjiwa pemimpin. Dengan peramtara cerita wayang ini, siswa bisa belajar berbagai karakter wayang yang pantas hingga yang kurang pantas diteladani sekaligus memupuk pengetahuan tentang khasanah budaya Indonesia.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh wayang sebagai media pendidikan karakter. Pertama, wayang bersifat acceptable. Artinya, wayang sendiri merupakan bagian dari khasanah kebudayaan bangsa sehingga bisa diterima oleh semua kalangan, baik oleh guru maupun siswa. Kedua, wayang bersifat timeless yang berarti tak lekang oleh waktu. Cerita pewayangan adalah cerita yang memiliki kesamaan dari waktu ke waktu. Adanya sifat ini membuat wayang sebagai media pembelajaran karakter dapat digunakan secara turun temurun pada generasi pelajar selanjutnya. Ketiga, media wayang ini tidak membutuhkan banyak biaya seperti media lain serta praktis dan efisien. Bercerita tentang wayang tidak membutuhkan fasilitas penunjang dalam bentuk apapun. Yang dibutuhkan hanyalah kemampuan guru dalam mengekpresikan cerita tersebut dalam kalimat yang apik agar mudah dimengerti oleh siswa.
Wayang adalah warisan budaya nasional yang patut dilestarikan oleh bangsa Indonesia. Penggunaannya sebagai media pendidikan karakter menjadi komponen pendukung pembentukan karakter anak bangsa sekaligus mempertahankan eksistensinya sebagai budaya bangsa.(kompasiana : Hilmia Wardani )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar