WISANGGENI |
Kahyangan
Setragandamayit, adalah suatu tempat yang menyeramkan. Disini tempat
tinggal berbagai mahluk halus dan siluman. Batari Durga,demikian nama
yang mbahu reksa tempat ini, adalah ratunya para ratu makhluk halus dan
siluman.
Batari
Durga, sebelumnya adalah Batari Uma yang berwajah raseksi, istri Batara
Guru, yang kemudian bertukar raga dengan Dewi Permoni. Dewi Permoni
adalah seorang gadis cantik yang waktu itu sedang bertapa,de ngan
harapan dapat bersuami dengan seorang dewa.
Batara
Guru memenuhi permintaan Dewi Permoni, untuk memperistrinya, tetapi
hanya raganya saja, sedangkan sukma nya akan menempati raga baru, yang
kemudian akan dikawin kan dengan salah satu keturunan dewa.
Dewi
Permoni menyanggupi apa yang diminta Batara Guru. Setelah ada
kesanggupan dari Dewi Permoni, maka Dewi Permoni duduk berhadap hadapan
dengan Dewi Uma, kemudian keduanya saling bertukar sukma. Padahal dewi
Uma yang berwajah raseksi itu dalam keadaan hamil. Mereka telah
bertukar sukma. Dewi Uma, menempati raga baru, raga Dewi Permoni yang
cantik. Sedangkan Dewi Permoni menempati raga baru pula, seorang raseksi
yang menakutkan, lagi pula sedang hamil. Dewi Permoni kemudian
dikawinkan dengan Batara Kala.
Setelah
dikawinkan dengan Batara Kala, Dewi Permoni mendapat gelar Batari Durga
dan menjadi ratu di Setragandamayit. Sedangkan anak yang dikandungnya,
setelah lahir menjadi anak Batari Durga dengan Batara Kala, anak inilah
yang bernama Dewasrani. Bagi Batara Kala, anak ini juga merupakan
adiknya,karena ayah kandung bayi adalah Batara Guru.
Kali
ini Batara Kala,menjadi gelisah, ketika diberi tahu oleh istrinya,
Batari Durga, bahwa anaknya, yang juga adiknya, Batara Dewasrani, ingin
beristrikan Dewi Dresanala. Padahal Dewi Dresanala sudah menjadi istri
Arjuna, dan sudah hamil tua, yang sekarang sudah saatnya mau melahirkan.
Batara
Kala, yang tidak pernah mau berurusan dengan siapa pun, menyerahkan
permasalahan Dewasrani kepada Batari Durga. Batari Durga, semula juga
menolak permintaan Dewasrani, karena Dewi Dresanala, sudah bersuamikan
Arjuna. Karena desakan yang terus menerus dari Dewasrani, maka Batari
Durgapun terpaksa menuruti kehendak puteranya Dewasrani untuk
memperistri Dewi Dresanala. Mereka pun berangkat ke Kahyangan
Jonggringsaloka, menemui Batara Guru.
Sesampai
di Kahyangan Jonggringsaloka, mereka meng hadapi Gerbang Selamatangkep
yang dijaga Batara Cingkarabala dan Batara Balaupata. Mereka harap harap
cemas, apakah pintu Gerbang Selamatangkep akan membuka atau akan
menutup selamanya. Mereka merasa senang ketika melihat pintu Gerbang
Selamatangkep telah membuka dengan sendirinya, berarti kedatangan mereka
diterima oleh Batara Guru. Mereka cepat cepat memasuki Gerbang
Selamatangkep, takut kalau pintunya menutup lagi.
Mereka menghadap Batara Guru. Batara Guru menanya kan
maksud dan tujuannya datang menemuinya. Batari Durga, mengatakan bahwa
ia sampai kekahyangan Jonggring saloka, karena berat beratnya ditangisi
anak. Kedatangan mereka berdua meminta restu Batara Guru, agar Batara
Dewasrani dikawinkan dengan Dewi Dresanala. Mengenai Dresanala yang
sudah bersuamikan Arjuna , adalah bukan halangan lagi. Mereka meminta
agar Dewi Dresanala dipisahkan dari Arjuna, bagaimanapun caranya. Karena
setelah berpisah dengan Arjuna,maka dengan mudah Dewi Dresanala akan
dikawinkan dengan Batara Dewasrani.
Batara Guru tentu saja menyetujui permintaan Batari Durga.Terlebih lebih Dewasrani adalah anak kesayangan Batara Guru.
Batara
Guru memanggil puteranya Batara Brahma, Batara Brahma diperintahkan
untuk memisahkan puterinya Dresanala dari Arjuna, dan mengusir Arjuna
dari Kaindran.
Batara
Brahma menuruti perintah ayahnya.Ia segera menuju Kaindran. Di
Kaindran, Batara Brahma tertegun, ketika melihat, di kamar Dewi
Dresanala, puterinya, dewi Dresanala tergolek lemah di tempat tidur dan
ditunggui oleh seorang tabib wanita. Kelihatannya Dewi Dresanala, sedang
menyiapkan persalinan. Sedangkan Arjuna menunggui istrinya Dresanala.
Tiba tiba saja, Batara Brahma, masuk kedalam kamar dan menarik tangan
Arjuna. Batara Brahma membawa keluar Arjuna dari kamar anaknya. Arjuna
didorong, sehingga jatuh kelantai. Arjuna disuruhnya keluar dari
Kahyangan, dan disuruhnya pulang ke marcapada, karena kesempatan menjadi
raja bidadari telah habis. Mengenai hubungan dengan Dewi Dresanala,
telah selesai saat ini dan tidak ada kesempatan lagi menemui Dresanala,
ataupun siapa saja yang ada di Kahyangan. Arjuna tidak mau menyerah. Ia
bertahan sampai dengan lahir puteranya. Mendengar keteguhan Arjuna yang
tetap ingin menunggui puterinya, Dewi Dresanala sampai melahirkan,
Arjuna dihajarnya habis habisan. Sementara itu Batara Indra yang
menguasai Kahyangan Kaindran, melihat kejadian itu tidak menerima
perlakuan Batara Brahma. Maka terjadilah perkelahian antara kedua
bersaudara itu. Keduanya sama sama kuat. Sementara itu para dewa yang
disuruh Batara Guru menyerang Arjuna. Arjuna tidak ingin membuat
keributan, maka iapun meninggalkan kahyangan Jonggringsaloka, dan turun
ke marcapada.
Batara
Narada sebenarnya tidak sependapat dengan tindakan Batara Guru, yang
bermaksud memisahkan Arjuna dari Dewi Dresanala. Kali ini Batara Narada
sangat kecewa pada Batara Guru, yang bertindak sepihak. tidak meminta
pendapat pada Batara Narada, selaku penasehat Batara Guru. Sementara itu
di Gunung Candradimuka, nampak para Dewa sedang berkumpul. Bayi Arjuna
yang baru dilahirkan, ternyata sedang di ajar berramai ramai oleh para
dewa. Mereka seperti bermain bola saja. Bayi itu disepak sepak dan di
injak injak. Kemudian oleh Batara Brahma, bayi itu diambilnya, dan
dimasukkan kedalam kawah Candradimuka. Dari jarak yang agak berjauhan.
Nampak Batara Narada mengejar Batara Brahma yang sedang melempar bayi.
Ternyata usaha Batara Narada, untuk menyelamatkan bayi itu terlambat.
Bayi putera Arjuna telah masuk kedalam Kawah Candradimuka. Batara Narada
memarahi para putera dewa, yang berbuat jahat pada bayi yang tidak
berdosa. Para dewa pun bubar meninggalkan
Batara Narada seorang diri. Batara Narada berusaha menolong bayi itu.
Ia menaiki Gunung Candradimuka, dan menuruni kawahnya. Sesampai ditepi
kawah, ia melihat sang bayi kelihatan hancur menyatu dengan lahar yang
teramat panas, yang menggelegak dan mendidih, seperti seekor semut jatuh
didalam godogan gula aren yang teramat panas. Namun ajaib, sebentar
kemudian, seorang anak telah merangkak keluar dari kawah. Tubuh anak itu
menyala nyala, terbakar api..Tiba tiba anak itu menghajar Batara
Narada. Sang bayi mengira yang memasukkan kedalam kawah adalah Batara
Narada. Batara Narada dapat meredam kemarahan bocah itu, dengan
mengangkat bocah itu keluar dari kawah dan turun dari gunung
Candradimuka.. Batara Narada memberikan nama Wisanggeni. Wisanggeni
menanyakan pada Batara Narada, siapakah dirinya dan siapa nama kedua
orang tuanya. Batara Narada menerangkan bahwa nama ayahnya Arjuna
satriya Madukara, sedangkan ibunya bernama Dresanala. Ibunya adalah
bidadari yang bernama Dewi Dresanala, Batara Narada menyuruh Wisanggeni
untuk menanyakan dimana ayah dan ibunya kepada para dewa, kalau para
dewa tidak tahu, disuruhnya Wisanggeni menghajarnya.
Wisanggeni pun mendatangi para dewa. Wisanggeni menanyakan dimana ayah dan ibunya.
Tidak
ada satupun dewa, yang mau memberi tahu, dimana keberadaan kedua orang
tua Wisanggeni. Wisanggeni menjadi marah, para dewa semua dihajarnya,
tidak kecuali Batara Guru. Melihat Batara Guru dihajar oleh Wisanggeni,
Batara Narada mendatanginya, dan meminta Wisanggeni untuk menghentikan
kemarahannya pada Batara Guru. Batara Narada menanyakan asal mula
terjadinya geger di kahyangan kepada Batara Guru. Batara Guru memberi
tahu kalau Dresanala dibawa Dewasrani kekahyangan Setragandamayit, untuk
djadikan istrinya. Sedangkan Arjuna sudah diusir dari Kaindran. Semua
ini terjadi karena permintaan Batari Durga, yang membantu keinginan
Dewasrani untuk memperistri Dresanala.
Mendengar
itu, Batara Narada meminta kepada Batara Guru agar membatalkan
perkawinan Dewasrani dengan Dresanala. Karena Dresanala adalah masih
istri Arjuna. Batara Guru merasa bersalah. Batara Guru meminta kepada
Batara Narada dan Wisanggeni untuk segera mengambil kembali Dewi
Dresanala, yang sekarang sudah dibawa oleh Dewasrani kekahyangan Setra
gandamayit.
Batara Narada berpamitan kepada Batara Guru, untuk mengantar Wisanggeni ke marcapada, menemui ayah. Wisanggani.
Sesampai
di Marcapada, Batara Narada dan Wisanggeni mencari Arjuna. Mereka
bertemu Arjuna di tengah hutan. Arjuna sedang melakukan tapa brata untuk
minta anugrah dewata, agar bisa berkumpul kembali dengan Dewi
Dresanala dan anaknya. Para punakawan segera membangunkan tapa Arjuna, ketika dilihatnya Batara Narada membawa seorang bocah yang sedang mencari ayahnya.
Arjuna
bangun dari tapanya. Arjuna menyambut kedatang an Batara Narada. Arjuna
menangis, dan merasa senang apabila kedatangan Batara Narada akan
mencabut nyawa Arjuna, karena sudah tidak tahan menerima penderitaan
yang begitu berat. Ia diusir dari Kahyangan, dan harus berpisah dengan
anak istrinya.
Batara
Narada ikut merasakan kesedihannya.Kemudian Batara Narada menjelaaskan,
bahwa kejadian itu akibat permintaan Batari Durga kepada Batara Guru,
agar memisahkan Dewi Dresanala dari Arjuna, yang kemudian akan
dikawinkan dengan Dewasrani. Mendengar itu Arjuna menjadi marah. Namun
Arjuna merasa bahagia, setelah diberitahu Batara Narada, bahwa bocah
berwarna api menyala, itu anaknya dengan Dewi Dresanala.
Batara
Narada, kemudian memberitahu, bahwa Dewi Dresanala, sudah tidak berada
lagi di Kahyangan, akan tetapi, sudah dibawa Dewasrani ke Kahyangan
Setragandamayit. Setelah menyampaikan pesan pesan kepada Arjuna. Batara
Narada pun berpamitan kembali ke Kahyangan.
Arjuna
disertai Semar berangkat ke Kahyangan setragan damayit, dan Wisanggeni
putera Arjuna pun tak keting galan ia mengikuti kepergian ayahnya.
Sesampai di Setra gandamayit, terjadi perkelahian hebat antara Arjuna
dan Dewasrani. Sedangkan Semar berkelahi dengan Batari Durga.Namun kedua
jago kita merasa tidak mampu dengan kekuatan Dewasrani dan Batari
Durga. Melihat kekalahan ayah dan pamongnya, tiba tiba saja anak Arjuna,
Wisanggeni, ikut tandang gawe, Wisanggeni, yang mempunyai kekuatan api
di ujung lidahnya, bagaikan seekor naga, yang menyemburkan api apinya
kepada kedua lawannya, yang membuat kedua lawannya terbakar api. Mereka
melarikan diri dari istana Setragandamayit. Akhirnya Arjuna membebaskan
Dresanala dari tawanan Dewasrani. Kemudian Dewi Dresanala pun dibawa
Arjuna ke Madukara, bersama puteranya, Wisanggeni. Wisang geni bahagia
hidup bersama dengan ayah bundanya. Semar pun ikut merasakan kebahagiaan
mereka.
Dalam
cerita Begawan Mintaraga, Arjuna di wiwaha menjadi Raja Kaindran dan
bergelar Prabu Karitin. Dewi Supraba menjadi istrinya, dan mendapatkan
putera bernama Prabakusuma.. Setelah Wisanggeni dewasa. mempunyuai istri
bernama Dewi Mustikawati, puteri Prabu Mustikadarma raja negeri
Sonyadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar