Sewaktu saya kecil, kedua orang tua saya sangat menyukai pertunjukan
wayang kulit di televisi. Dalam hati bertanya-tanya, kenapa orang tua
saya sangat menyukai pertunjukan tersebut. Namun, yang saya perhatikan
orang tua saya sangat menyukai pertunjukan tersebut karena mereka
tertawa lepas meskipun pertunjukan di televisi saat itu tengah malam
yang merupakan jam tidur bagi kebanyakan orang.
Wayang merupakan salah satu warisan budaya yang tiada duanya. Wayang
merupakan sarana bercerita yang cukup ampuh kepada masyarakat luas.
Biasanya wayang menceritakan sisi kehidupan manusia yang hikmahnya dapat
diambil oleh penonton.
Sebelum memulai suatu pertunjukan biasanya dalang akan mengeluarkan
gunungan atau kayon. Sepertinya tak banyak yang mengetahui jika gunungan
wayang sangat sarat makna. Sebagai generasi yang akan mewarisi kekayaan
budaya Indonesia, sangat bijaksana jika kita mengetahui makna gunungan
yang sangat kaya makna tersebut.
Biasanya sebuah gunungan dilengkapi dengan beberapa gambar yang mewakili alam semesta:
• Rumah atau balai dengan lantai bertingkat tiga dan pada bagian daun pintu rumah dihiasi lukisan Kamajaya berhadapan dengan Dewi Ratih.
• Dua raksasa berhadapan dengan membawa senjata pedang atau gada lengkap dengan tamengnya
• Dua naga bersayap
• Hutan belantara dengan satwa-satwa
• Harimau berhadapan dengan banteng
• Pohon besar di tengah hutan yang dililit seekor ular.
• Kepala makara di tengah pohon
• Dua ekor kera dan lutung di atas ranting
• Dua ekor ayam alas bertengger di atas cabang pohon
Gunungan pada wayang kulit berbentuk kerucut (lancip ke atas)
melambangkan kehidupan manusia. Semakin tinggi ilmu dan semakin tua
usia, manusia harus semakin mengkerucut (golong gilig) manunggaling
Jiwa, Rasa, Cipta, Karsa, dan Karya dalam kehidupan kita (semakin dekat
dengan Sang Pencipta).
Gapura dan dua penjaga pada Gunungan Wayang Kulit (Cingkoro Bolo dan
Bolo Upoto), lambang hati manusia baik dan buruk. Tameng dan godho yang
dipegang oleh raksasa tersebut diterjemahkan sebagai penjaga alam dan
terang.
Pohon besar yang tumbuh menjalar ke seluruh badan dan puncak gunungan
melambangkan segala budi-daya dan perilaku manusia harus tumbuh dan
bergerak maju (dinamis) sehingga bermanfaat dan mewarnai dunia dan alam
semesta. Selain itu, pohon besar yang ada pada gunungan juga
melambangkan bahwa Tuhan memberi pengayoman dan perlindungan bagi
manusia yang hidup di dunia ini.
Burung melambangkan manusia harus membuat dunia dan alam semesta menjadi indah dalam spiritual dan material.
Benteng pada gunungan melambangkan manusia harus kuat, lincah, ulet,
dan tangguh. Sedangkan kera melambangkan sifat manusia harus seperti
kera mampu memilih dan memilah baik-buruk, manis-pahit, karena kera
mampu memilih buah yang baik, matang dan manis. Harapannya, manusia
dapat memilih perbuatan baik dan buruk.
Harimau di alam liar digambarkan sebagai raja hutan, namun pada
gunungan harimau dilambangkan bahwa manusia harus menjadi pemimpin bagi
dirinya sendiri (punya jati diri), harus mampu bertindak bijaksana dan
mampu mengendalikan nafsu serta hati nurani untuk menjadi manusa yang
lebih baik, yang pada akhirnya bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan sekitar.
Rumah joglo (gapuran) melambangkan suatu rumah atau Negara yang didalamnya memiliki kehidupan aman, tenteram, dan bahagia.
Budaya bangsa yang sudah diakui kekayaannya oleh dunia harus dijaga,
dan dimengerti, sehingga kelestariannya akan terus terjaga hingga
generasi anak cucu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar