• Pagelaran Wayang Kulit
  • Dalang Tribasa
  • Pakeliran Wayang Purwa
  • Dalang Tribasa
  • Dalang Intertain
  • Tri Bayu Santoso
  • Dalang Inovatif
  • Pelaku Budaya
  • Youtube
  • Facebook
  • Twitter
  • Blogger
  • Saoundcould
  • Foursquare
  • Instagram
  • Pagelaran Wayang Kulit

Kamis, 25 Juli 2013

Wayang Kulit Purwa Gaya Jawa Timuran


OLEH : DJOEMIRAN RA
1. Tentang istilah “Seni Pedalangan Jawa Timuran “
Apabila orang mempermasalahkan tentang istilah “Seni Pedalangan Jawa Timuran, maka pembicaraannya harus berangkat dari apa yang disebut “Kesenian Jawa Timur”. “Kesenian Jawa Timuran” adalah suatu bentuk Kesenian tradisional yang hidup dalam lingkung etnis seni budaya daerah, seturut dengan selera masyarakat Jawa Timur”.Tentang istilah “ Jawa Timur “ merupakan istilah yang sebenarnya belum lama muncul di Daerah Jawa Timur itu sendiri, yaitu sejak ikut sertanya Pemerintah daerah Jawa Timur, Khususnya Kantor Bidang Kesenian Propinsi Jawa Timur bersama-sama para seniman tergelitik untuk menggali kesenian tradisional di daerah ini dalam rangka pelestarian Kebudayaan daerahnya. Kemunculan peristilahan tersebut sebenarnya bukan merupakan perumusan yang konseptual, melainkan hanya karena suatu tujuan kepada kemudahan dan pemahaman arti, secara spontanitas. Meskipun demikian agaknya oleh Kantor Bidang Kesenian Propinsi Jawa Timur pun disetujui juga. Berdasarkan hal tersebut di atas, tentunya cabang-cabang Seni yang berciri khas kedaerahan yang searah dengan selera masyarakat Jawa Timur, otomatis akan diistilahkan dengan sebutan “ Jawa Timuran “,
misalnya :
* Cabang Seni Tari akan disebut Tari Jawa Timuran.
* Cabang Seni Karawitan disebut Karawitan Jawa Timuran.
* Cabanag Seni Tembang Macapat akan disebut Macapat Jawa Timuran.
Dengan demikian cabang seni Pedalangan pun sudah selayaknya apabila mendapat sebutan “Seni Pedalngan Jawa Timuran”. Wayangnya pun disebut “wayang Jawa Timuran”. Tentang istilah yang digunakan untuk menyebut “Seni Pedalangan”daerah Jawa Timur, sebenarnya di Surabaya khususnya, telah memiliki istilah yang telah lama popular, yaitu dengan penyebutan “Wayang Jek Dong”, suatu istilah yang bersumber dari bunyi kepyak (=Jeg) yang berpadu dengan bunyi kendhang bersama Gong Gedhe. Ada lagi yang menyebut wayang dakduan bunyi kendhang dengan bunyi gong besar, yang terjadi ketika sang dalang melakukan “kabrukan tangan (berantem)” di awal adegan perangan. Namun istilah tersebut tak bisa merata di seluruh kawasan ethnis Jawa Timuran ( di luar kota Surabaya ). Mengapa? Sebab sebutan tadi timbul bukan dari para seniman dalang itu sendiri. Justru bagi dalang yang lebih tua, mendengar sebutan wayang jek-dong atau dak dong merasa direndahkan (diejek).Dimungkinkan istilah lama itu timbul dari suara penonton, yang tentunya mereka tanpa memikirkan kaidah-kaidah seni ( asal ngomong/asal ngarani ). Untuk itu para dalang menyatakan ketidak setujuannya, sebab memang mereka tidak pernah memberikan sebutan itu, dan lagi dari generasi tua (leluhur) belum pernah ada yang mewariskannya. Maka begitu mendengar istilah “Kesenian Jawa Timuran”,mereka berangsur-angsur tanpa konsep menyebut Pedalangannya menjadi “Seni Pedalangan Jawa Timuran” itulah yang digunakan sebagai komunikasi seni antara seniman dengan seniman (dalang dengan dalang), baik secara individu maupun kebersamaan dalam forum-forum rapat ataupun diskusi. Begitu pula tentang apa arti peristilahan tersebut seniman dan masyarakat telah dapat memahaminya.
Selanjutnya Seni Pedalangan Jawa Timuran/Wayang Jawa Timuran itu sendiri, apabila ditinjau secara garis besar, mengenai bahan, peralatan, penampilannya secara fungsional tidak berbeda dengan Seni Pedalangan versi daerah lain (Bandung,Banyumas, Yogya, Solo dan Bali). Namun secara penelitian detail perbedaan-perbedaan itu pasti ada, yang tentunya terletak pada gaya penampilan yang berselerakan kedaerahan. Justru “selera daerah” inilah yang akan menjadi topik pembicaraan dalam forum diskusi (sarasehan) kali ini. Dan semoga saja dengan istilah dan selera kedaerahan inilah dapat terangkat ke atas lebih tinggi lagi, sehingga akan semakin kaya seni budaya di negeri Indonesia tercinta ini.
2. Kehidupan Seni Pedalangan Jawa Timuran.
Seni Pedalangan Jawa Timuran atau yang sering disebut Wayang Jawa Timuran, pada masa sekarang ini memang boleh dikata tidak hidup subur. Ia hidup dalam kawasan ethnis seni budaya daerah Jawa Timuran, di antaranya di wilayah kabupaten Jombang, Mojokerto, Malang Pasuruan, Sidoardjo, Gresik, Lamongan dan di pinggiran kota Surabaya. Ini pun sebagian besar berada di desa-desa, bahkan ada yang bertempat di pegunungan. Melihat daerah propinsi Jawa Timur yang begitu luas dan jumlah penduduk yang sangat padat itu, berarti kehidupan seni Pedalangan Jawa Timuran tersebut hanya berada dalam wilayah yang sangat sempit. Dan ini berarti juga bahwa jumlah kesenian Pedalangan Jawa Timuran tidak banyak jumlahnya. Sedang arus kesenian dari daerah lain mengalir ke Jawa Timur dengan sangat derasnya, termasuk seni Pedalangannya (Solo, Yogya). Demikian pula seni budaya dari negara lain pun tidak ketinggalan hadir di tengah-tengah masyarakat Jawa Timur begitu cepat dan mudah berkembang.
Dengan masuknya seni Budaya dari luar tersebut sudah tentu akan berpengaruh besar terhadap masyarakat untuk tidak mencintai seni budaya daerah setempat. Dalam hal ini terutama kesenian daerah Jawa Timur dengan mudah akan tersingkir minggir, atau setidak-tidaknya akan menghambat kesenian daerah setempat di dalam pelestarian berikut pengembangannya.
Atas dasar pengaruh-pengaruh sepertri tersebut diatas, maka tidak sedikit orang menyatakan bahwa hal itulah yang akan mempercepat proses kemunduran sementara orang mengkhawatirkan terhadap kepunahannya, bila tidak ada usaha-usaha pembinaan dari pihak yang berwenang atau yang merasa handarbeni. Hanya usaha pembinaan itulah yang diharapkan oleh para seniman dalang Jawatimuran, yang sebagian besar terjadi dari rakyat cilik.
Namun rupa-rupanya pembinaan yang diharapkan itupun masih juga langka, sehingga seni wayang Jawa Timuran tersebut dalam kehidupan seolah-olah hanya bisa berjalan dengan sendirinya, tanpa pengayoman dari siapapun.
Instansi Pemerintah di Jawa Timur yang setiap saat mengadakan suatu pergelaran wayang Kulit purwa gaya Jawa Timuran adalah baru RRI stasiun Surabaya saja. Ini pun disebabkan oleh suatu tugas wajib yang harus dilakukan RRI dalam rangka mengisi siaran kesenian daerah, yang hanya diperuntukkan bagi pendengaran masyarakat Jawa Timuran.
Pergelaran-pergelaran yang pengadaannya secara rutin itu patut kita junjung tinggi, namun hal ini belum merupakan suatu pelestarian, sebab sesuai pertunjukan tanpa ada bekas-bekasnya. Tak ada lagi pembicaraan, perenungan ataupun permasalahan apa-apa, lebih-lebih sampai pada pembinaan. Sedang di Taman Budaya sendiri sejak masih bernama kantor Pembinaan Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur sampai sekarang. Meskipun masih terdapat kursus pedalangan dengan fasilitas yang lengkap, namun ini berupa kursus pedalangan gaya Surakarta.
Kira-kira tahun 1970 Pemerintah Kota Madya Surabaya pernah juga mengadakan suatu pesta kesenian Wayang Kulit purwa yang diselenggarakan di tiap kecamatan tetapi hal tersebut mayoritas Pedalangan gaya Surakarta.
Jumlah dalang Jawa Timuran yang memiliki reputasi hanya bisa dihitung dengan jari saja, dan lagi mereka semua itu tergolong tua. Demikian sekilas gambaran keadaan seni pedalangan Jawa Timuran pada masa-masa Orde Baru ini. N
Daftar Dalang Jawatimuran
1. Suwoto (Porong)
2. Cung wartanu (Mojosari, Mojokerto)
3. Wasis (Trowulan, Mojokerto)
4. Suwedi (Kriyan, Sidoharjo)
5. Hernowo (Mojosari, Mojokerto)
6. Kadir Sunyoto (Gunung Kawi Malang)
7. Subroto (lamongan)
8. Suleman (Gempol,, Pasuruan)

Ciri Wayang Jawatimuran
Pada garis besarnya pertunjukan wayang jawa Timuran masih taat asas pada 11 unsur pertunjukan wayang seperti konvensi pertunjukan wayang di Jaawa Tengah. Kesebelas unsure dimaksudkan adalah :
1. Sabetan
2. Janturan
3. Carios/Kandha/carita
4. Suluk (mood song)
5. Tembang/sekar
6. Ginem, pocapan/antawecana
7. Dhodhogan
8. Kepyakan, kecrekan
9. Gending
10. Gerong atau koor pria
11. Sindenan

Ada enam ciri khas
1. Iringan musik gamelan disajikan dalam empat pathet yakni pathet sepuluh, pathet wolu, pathet sanga dan pathet serang.
2. Se-analog dengan fungsi iringan musik gamelan, fungsi kendang dan kecrek sebagai pengatur irama gending amat dominan.Maka wayang Jawa Timuran juga disebut wayang cekdong (anomatope bunyi kecrek dan dong bunyikendang). Konon istilah ini dilansir oleh dalang terkenal Ki Nartosabdo. Kultur waayang Jawa Timuran dipilah dalam beberapa subkultur yang lebih khas,mengacu ke estetika etnik (keindahan tradisi lokal) yakni subkultur Mojokertoan, Jombangan, Surabayan, Pasuruhan dan Malangan.
3. Konvensi pedalangan Jawa Timuran hanya menyajikan dua panakawan yakni Semar dan Bagong. Konvensi ini taat pada cerita relief candi Jago Tumpang cerita Kunjarakarna, punakawan hanya dua Semar dan Bagong. Dalam seni tradisional yang lain, punakawan juga dua orang yakni Bancak dan Doyok atau cerita Damarwulan hanya dua yakni Sabdopalon dan Naya Genggong.
4. Dalang Jawa Timuran tidak menyajikan adegan Gara-Gara secara khusus yakni munculnya Semar, Gareng,Petruk dan Bagong sesudah badayoni tengah malam. Kemunculan punakawan dan adegan lawak disesuaikan dengan alur cerita atau lakon yang dipentaskan.
5. Bahasa dan susastra pedalangan Jawa Timuran amat dominan didukung oleh bahasa Jawa dan dialek lokal Jawa Timuran. Maka muncullah bentuk sapaan Jawa Timuran Misalnya Arek-arek, rika, reyang.
6. Pada awal pertunjukan ki dalang mengucapkan suluk Pelungan. Suluk Pelungan terkait dengan doa penutup pada adegan tancep yang diucapkan ki dalang yang isinya
1. ki dalang memperoleh berkah dan keselamatan dalam menggelar kisah kehidupan para leluhur
2. pemilik hajat semoga dikabulkan permohonannya, niat yang suci/tulus dalam selamatan tersebut.
3. Para pendukung pertunjukan wayang (para pengrawit, biyada, dan sinoman) serta semua penonton selalu 
Readmore >>>

Mengenal Hastabrata


Hastabrata dalam pewayangan adalah pedoman ilmu pemerintahan yang merupakan wejangan Ramawijaya kepada adik tirinya, Barata, agar dapat memerintah kerajaan Ayodya dengan baik. Hastabrata juga diulang diwejangkan kepada Gunawan Wibisana, ketika adik bungsu Prabu Dasamuka itu hendak dinobatkan menjadi raja.
Isi dari Hastabrata adalah :
  • Meneladani Batara Endra (Indra) yang menurunkan hujan, membuat segar dunia. Maksudnya seorang raja harus banyak memberi pada rakyatnya, sebagai turunnya hujan membasahi bumi.
  • Meneladani Batara Yama, yang menghukum manusia berdosa. Maksudnya, seorang raja harus berani dan tegas dalam member hukuman kepada siapapun yang melanggar aturan dan berbuat kesalahan; walaupun yang bersalah itu orang tua atau gurunya sendiri.
  • Meneladani Batara Candra, yang selalu tampil dengan ceria, menyenangkan orang yang memandangnya. Maksudnya, seorang raja harus selalu bersikap manis, menyenangkan dan simpatik terhadap rakyatnya.
  • Meneladani Batara Surya, yang memanasi bumi dengan cahayanya secara sabar dan tanpa bosan, sehingga air dapat menguap. Maksudnya, seorang raja harus memiliki kesabaran lebih besar dari orang lain pada umumnya.
  • Meneladani Batara Bayu, yang bagai angin dapat menyelinap diantara pepohonan tanpa kerasa. Maksudnya, seorang raja harus dapat menyatu dan berbaur dengan rakyatnya sehingga ia mengetahui keadaan rakyat yang sebenarnya.
  • Meneladani Batara Baruna, yang bersenjatakan pusaka sakti memerangi segala yang jahat. Maksudnya, seorang raja harus berkemampuan membinasakan musuh  negara dan segala jenis kejahatan.
  • Meneladani Batara Agni yang memberantas musuh tanpa pilih-pilih. Maksudnya, seorang raja harus bersikap tega dan tanpa pandang bulu dalam menghancurkan musuh; walaupun musuhnya itu masih keluarganya sendiri.
Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia


Readmore >>>

Sabtu, 20 Juli 2013

Gunungan Wayang dan Filosofinya


Sewaktu saya kecil, kedua orang tua saya sangat menyukai pertunjukan wayang kulit di televisi. Dalam hati bertanya-tanya, kenapa orang tua saya sangat menyukai pertunjukan tersebut. Namun, yang saya perhatikan orang tua saya sangat menyukai pertunjukan tersebut karena mereka tertawa lepas meskipun pertunjukan di televisi saat itu tengah malam yang merupakan jam tidur bagi kebanyakan orang.

Wayang merupakan salah satu warisan budaya yang tiada duanya. Wayang merupakan sarana bercerita yang cukup ampuh kepada masyarakat luas. Biasanya wayang menceritakan sisi kehidupan manusia yang hikmahnya dapat diambil oleh penonton.

Sebelum memulai suatu pertunjukan biasanya dalang akan mengeluarkan gunungan atau kayon. Sepertinya tak banyak yang mengetahui jika gunungan wayang sangat sarat makna. Sebagai generasi yang akan mewarisi kekayaan budaya Indonesia, sangat bijaksana jika kita mengetahui makna gunungan yang sangat kaya makna tersebut.
 Biasanya sebuah gunungan dilengkapi dengan beberapa gambar yang mewakili alam semesta:

• Rumah atau balai dengan lantai bertingkat tiga dan pada bagian daun pintu rumah dihiasi lukisan Kamajaya berhadapan dengan Dewi Ratih.
• Dua raksasa berhadapan dengan membawa senjata pedang atau gada lengkap dengan tamengnya
• Dua naga bersayap
• Hutan belantara dengan satwa-satwa
• Harimau berhadapan dengan banteng
• Pohon besar di tengah hutan yang dililit seekor ular.
• Kepala makara di tengah pohon
• Dua ekor kera dan lutung di atas ranting
• Dua ekor ayam alas bertengger di atas cabang pohon

Gunungan pada wayang kulit berbentuk kerucut (lancip ke atas) melambangkan kehidupan manusia. Semakin tinggi ilmu dan semakin tua usia, manusia harus semakin mengkerucut (golong gilig) manunggaling Jiwa, Rasa, Cipta, Karsa, dan Karya dalam kehidupan kita (semakin dekat dengan Sang Pencipta).

Gapura dan dua penjaga pada Gunungan Wayang Kulit (Cingkoro Bolo dan Bolo Upoto), lambang hati manusia baik dan buruk. Tameng dan godho yang dipegang oleh raksasa tersebut diterjemahkan sebagai penjaga alam dan terang.

Pohon besar yang tumbuh menjalar ke seluruh badan dan puncak gunungan melambangkan segala budi-daya dan perilaku manusia harus tumbuh dan bergerak maju (dinamis) sehingga bermanfaat dan mewarnai dunia dan alam semesta. Selain itu, pohon besar yang ada pada gunungan juga melambangkan bahwa Tuhan memberi pengayoman dan perlindungan bagi manusia yang hidup di dunia ini.
Burung melambangkan manusia harus membuat dunia dan alam semesta menjadi indah dalam spiritual dan material.

Benteng pada gunungan melambangkan manusia harus kuat, lincah, ulet, dan tangguh. Sedangkan kera melambangkan sifat manusia harus seperti kera mampu memilih dan memilah baik-buruk, manis-pahit, karena kera mampu memilih buah yang baik, matang dan manis. Harapannya, manusia dapat memilih perbuatan baik dan buruk.

Harimau di alam liar digambarkan sebagai raja hutan, namun pada gunungan harimau dilambangkan bahwa manusia harus menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri (punya jati diri), harus mampu bertindak bijaksana dan mampu mengendalikan nafsu serta hati nurani untuk menjadi manusa yang lebih baik, yang pada akhirnya bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.

Rumah joglo (gapuran) melambangkan suatu rumah atau Negara yang didalamnya memiliki kehidupan aman, tenteram, dan bahagia.

Budaya bangsa yang sudah diakui kekayaannya oleh dunia harus dijaga, dan dimengerti, sehingga kelestariannya akan terus terjaga hingga generasi anak cucu.


Readmore >>>

Wayang Anak Dalam Kreasi Dan Tradisi


Kalau bicara wayang bukan hal mudah , kata orang yang tahu tentang wayang, konon wayang merupakan gambar nyata di masa lalu , sebut saja nama buto dalam tradisi jawa sekarang pun ada sebutan buto untuk mahluk astral besar berwarna hijau. namun dalam sejarah seni wayang di indonesia sudah ada sejak lama, di ceritakan sebelum agama hindu datang di nusantara kegiataan seni wayang sudah ada, namun bukit model wayang di masa lalu belum di ketemukan oleh arkeolog.

Memang wayang harus di kenal sejak kecil agar seni wayang tak hilang dari bumi indonesia, bagaimana buku - buku sejarah wayang banyak di simpan di luar negeri, masak seni yang sangat menciri khaskan budaya indonesia harus juga di pelajarin sejak kecil, agar dapat menyerap seluruh cerita - cerita wayang yang jumlahnya banyak. mungkin kalau sudah dewasa bisa menpunyai ilmu wayang seperti Ki Napto Sabdo Dan Ki Manteb Sudarsono.

Dalam beberapa tahun kebelakang wayang sudah mendunia. lihat negeri tetangga yang mau menjaga hingga terasa ingin memiliki, hingga timbul insiatif dari negara untuk memasukan wayang sebagai wayang budaya benda asal indonesia , hingga UNESCO pada tanggal 7 November 2003 mengakui wayang berasal dari indonesia.

Kreasi wayang boleh - boleh asal itu wayang merupakan karya imajinatif yang paling di sukai anak - anak indonesia ketika Wayang di Tengah-tengah Generasi Instan.lihat saja anak muda yang suka lihat youtube berapa jumlahnya. itu salah satu contoh kegiatan online yang bisa ambil untuk membuat generasi muda untuk mengenal wayang walau hanya melihat kebangga kesenian asli indonesia.

Selama ini anak tidak mendapat moment untuk melihat wayang, apalagi ketika pendidikan menjadi tujuan para anak - anak di kampung, timbul acara Gelaran Festival Dalang Bocah (FDB) 2012 tanggal 5 – 7 Juli 2012   di Meseum Bank Indonesia yang di buka oleh Wakil Presiden Indonesia. dalam acara terdapat lomba dalang bocah ,pesertanya hadir dari berapa daerah indonesia mereka berlomba – lomba menunjukkan aksi bermain wayang di hadapan para juri yang berkompeten dalam seni wayang dan kegiatan pedalangan.

Anak yang mempunyai kemampuan mendalang dapat mempunyai rasa pencaya diri, agar ketika selesai acara anak itu bisa menularkan kesenian wayang pada teman - teman , bahasa yang di gunakan juga harus dapat di pahami anak agar isi dalam kesenian wayang tidak hilang karena di situ ada kegiatan edukasi moral.

Dalam penelusuran yang di lakukan pemerhati wayang , jenis-jenis wayang di Indonesia sangat beragam. mulai dari bahan kulit atau yang baru yakni suket ( rumput ) . dari pulau - pulau indonesia di dominasi oleh pulau jawa. semua itu merupakan khazana wayang yang patut di banggakan oleh bangsa indonesia.
 
Namun cerita tentang seniman wayang kreasi yang di senangi oleh anak indonesia, berbanding terbalik dengan kehidupannya. ketika untuk mendapatkan hak dari apa yang beliau ciptakan tidak di hargai, sungguh cerita harus kita hindari agar seniman wayang kreasi untuk anak semakin berkembang dan semakin di sukai anak - anak ketika  Wayang di Tengah-tengah Generasi Instan .

Semua bisa menjadi pembajaran bawa buah karya harus di hargai ketika  Wayang di Tengah-tengah Generasi Instan ., karena di balik buah karya hidup seniman - seniman yang terpingirkan. jadi mari kita jadikan seni wayang sebagai permulaan bawa seniman wayang berharga sebagai penjaga warisan bangsa dan juga menghargai agar mereka tidak beralih profesi dan hidup jauh dari seni warisan budaya indonesia.
 





Readmore >>>

Selasa, 09 April 2013

Jadwal Pentas Wayang kulit Tribasa


Jadwal Pentas Wayang Kulit Ki Tri Bayu Santoso ( Tribasa ) Untuk bulan Mei dan Juni 2013
Readmore >>>

Selasa, 30 Oktober 2012

Wayang Kulit Di Akui Unesco



I. Wayang Kulit Masuk Situs Dunia
"Dari 936 daftar situs warisan dunia yang diakui UNESCO, ada sepuluh situs dunia yang patut dikunjungi kaum muda"
National Geographic Travel " membuat daftar dari 936 daftar situs warisan dunia yang diakui UNESCO, ada sepuluh situs dunia yang patut dikunjungi kaum muda. Salah satunya ialah pertunjukkan Wayang Kulit yang berasal dari Indonesia.

II.Wayang Kulit Di Akui Dunia 
" UNESCO pada tanggal 7 November 2003 telah MENETAPKAN bahwa WAYANG KULIT adalah warisan budaya dunia yang BERASAL DARI INDONESIA .
Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika mengungkapkan, sejak 7 November 2003 lalu Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) telah mengakui wayang sebagai World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Kita sebagai bangsa harus ikut bangga karena kebudayaan kita telah di akui oleh DUNIA  dan jangan sampai nantinya di akui oleh negara lain, Dan tetap bertahan hingga ahir dunia
Readmore >>>